Archive for 2017

Nama : Amalia Nurlita Hartati
NIM  : 16650074
Teknik Informatika B

1. Morfologi
Kata Morfologi berasal dari kata morphologie. Kata morphologie berasal dari bahasa Yunani morphe yang digabungkan dengan logos. Morphe berarti bentuk dan dan logos berarti ilmu. Bunyi [o] yang terdapat diantara morphed an logos ialah bunyi yang biasa muncul diantara dua kata yang digabungkan. Jadi, berdasarkan makna unsur-unsur pembentukannya itu, kata morfologi berarti ilmu tentang bentuk.
Dalam kaitannya dengan kebahasaan, yang dipelajari dalam morfologi ialah bentuk kata. Selain itu, perubahan bentuk kata dan makna (arti) yang muncul serta perubahan kelas kata yang disebabkan perubahan bentuk kata itu, juga menjadi objek pembicaraan dalam morfologi. Dengan kata lain, secara struktural objek pembicaraan dalam morfologi adalah morfem pada tingkat terendah dan kata pada tingkat tertinggi.
Itulah sebabnya, dikatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.

2. Bentuk Kata
Ada beberapa macam bentuk kata, diaantaranya:

A. Bentuk Asal
Yaitu bentuk atau kata yang belum mengalami perubahan bentuk apapun, masih kata sederhana.
contoh kata: Kota, Lemari, Sapu.
contoh dalam kalimat : Kota itu sunyi.

B. Bentuk  Dasar
Yaitu kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata dasar adalah kata yang menjadi dasar awal  pembentukan kata yang lebih besar. 
Contohnya adalah minum, berdiri, tinggi.
contoh dalam bentuk satu kesatuan kalimat :
- Anak yang tinggi itu minum sambil berdiri.
- Aku tinggal di rumah Ibu.
- Hidupnya penuh drama.

C. Bentuk Turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata – kata yang telah beruba bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata – kata tersebut telah diberi imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), dan awalan – akhiran (konfiks). Contohnya adalah menanam, berlari, tertinggal, dan lain – lain. 
bentuk turunan terbagi menjadi empat macam :
1. Awalan / prefiks (di depan)
Contoh : me- , ber-, ke-, di-, pe-, ter- .
Contoh kata : me-nyanyi, ber-aksi, ke-dalam.
Contoh kalimat :
Afgan sedang menyanyi di panggung.
Reza ber-sama dengan Afgan masuk ke-dalam rumah.

      2. Sisipan / infiks (di tengah)
 Contoh: -el-, -em-, -ha-.
Contoh kata : keg-el-apan

Contoh : -el-, -em-, -er-, -ha-.
ü  Contoh kata                  : g-em-erlap, t-el-apak, t-el-unjuk, ca-ha-ri
ü  Contoh kalimat              : indahnya gemerlap lampu dikota
Petani adalah salah
- See more at: http://ikafw129.blogspot.co.id/2017/03/nama-ika-fitrianawulandari-nim-16650056.html#sthash.rPBRrI3d.dpuf
      3. Akhiran / Sujiks (di belakang)
Contoh : -kan, -an , -kah, -pun.
Contoh kata : Bingkisan, apakah, bagaimanapun.
Contoh kalimat :
Bingkisan itu berisi satu buah laptop.
Aku tidak tahu apakah dia adalah keluargaku atau bukan.
bagaimanapun juga dia adalah temanmu.

      4. Awalan akhiran / konfiks (di awal dan di akhir)
Contoh : me-...-kan, pe-...-an , ber-...-an, se-...-nya.
Contoh kata :menyampaikan, bersamaan.
Contoh kalimat :
Menteri Ekonomi menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia naik secara signifikan
Bom panci meledak bersamaan dengan datangnya polisi di TKP

D. Kata Majemuk
Kata majemuk adalah bentuk kata yang terdiri dari dua kata yang berhubungan secara padu dan membentuk arti atau makna baru. Kata majemuk tidak bisa dipisahkan karena akan kehilangan maknanya.
Contoh kata : Rumah sakit

Contoh kalimat : Laili sudah dirawat di rumah sakit sejak 3 hari yang lalu.

E. Kata Ulang
Kata ulang adalah kata yang terjadi karena proses reduplikasi atau pengulangan kata.
jenis:
  1. Dwipurwa (kata ulang sebagian): Reduplikasi atas suku kata awal. Vokal dari suku kata awal mengalami pelemahan dan bergeser ke posisi tengah menjadi e pepet. Contoh: tetangga
    contoh kalimat : tetangga Ali bernama Ustman.
  2. Dwilingga (kata ulang utuh atau penuh): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar (bisa kata dasar maupun kata berimbuhan). Contoh: rumah-rumah, kejadian-kejadian
    contoh kalimat : rumah-rumah disekitar bantaran sungai dibongkar secara paksa.
  3. Dwilingga salin suara (berubah bunyi): Reduplikasi atas seluruh bentuk dasar yang salah satunya mengalami perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Contoh: bolak-balik
    contoh kalimat : Randi bolak-balik disekitar sekolah.
  4. Kata ulang berimbuhan: Reduplikasi dengan mendapat imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua. Contoh: tarik-menarik.
    Dina dan Sheera saling tarik menarik baju.
  5. Kata ulang semu: Kata yang sebenarnya merupakan kata dasar dan bukan hasil pengulangan atau reduplikasi. Contoh: laba-laba, ubur-ubur
    contoh kalimat : hewan yang dipegang Lida bernama kupu-kupu
F. Bentuk Pangkas
      Bentuk pangkas merupakan bagian pembentukan kata yang menghilangkan atau melesapkan bagian dari kata.
Contoh kata :
Saudi    => Arab Saudi
Gempa  => Gempa bumi
Burger  => Hamburger
contoh kalimat :
1. Kedatangan Raja Saudi menghebohkan Indonesia
2. Gempa Bumi yang mengguncang wilayah selatan Jepang tidak berpotensi tsunami

G. Bentuk Akronim
Pengertian Akronim
Akronim adalah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata. Penggunaan akronim bermacam-macam. Berikut ini akan dijelaskan secara rinci berikut dengan contohnya.

Macam-Macam Akronim
Macam-Macam akornim adalah sebagai berikut:

1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri. Akronim ini ditulis secara kapital dan tanpa tanda titik. Contoh: SIM (Surat Ijin Mengemudi)
contoh kalimat : Puri belum mempunyai SIM sebab belum cukup umur.
2. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur, ditulis dengan huruf awal kapital. Contoh:
Bulog = Badan Urusan Logistik
Harkitnas = Hari Kebangkitan Nasional
contoh kalimat : SMA N 1 Brebes memperingati Harkitnas pada tanggal 20 Mei.
3. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Contoh:
pemilu = pemilihan umum
rapim = rapat pimpinan
contoh kalimat : Rita tidak berpartisipasi dalam pemilu sebab masih dibawah umur.



a.       Awalan / Prefiks (didepan)
ü  Contoh : me-, meng-, ber-, ke-, di-, pe-, se-, dan ter-.
ü  Contoh kata                  : me-minum, ber-jalan, ter-tidur, pe-marah
ü  Contoh kalimat              : adi sedang meminum jus apel
Ani suka berjalan di pinggir pantai
b.      Sisipan / Injiks (ditengah)
ü  Contoh : -el-, -em-, -er-, -ha-.
ü  Contoh kata                  : g-em-erlap, t-el-apak, t-el-unjuk, ca-ha-ri
ü  Contoh kalimat              : indahnya gemerlap lampu dikota
Petani adalah salah satu mata pencaharian orang desa
c.       Akhiran / Sufiks (dibelakang)
- See more at: http://ikafw129.blogspot.co.id/2017/03/nama-ika-fitrianawulandari-nim-16650056.html#sthash.rPBRrI3d.dpuf

Tugas Bahasa Indonesia 2 (Morfologi Bahasa Indonesia)

Posted by : Unknown 0 Comments


Nama   : Amalia Nurlita Hartati
Prodi   : Teknik Informatika B
NIM    : 16650074

1.      Apakah Bahasa Indonesia identik dengan Bahasa Melayu? Berilah alasannya

Ya. Karena bahasa Indonesia pada awalnya adalah bahasa pergaulan dari bahasa Melayu yang kemudian diresmikan menjadi bahasa resmi bangsa Indonesia dengan nama Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia merupakan varian bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern.
2.      Mengapa Bahasa Melayu disepakati menjadi bahasa perantara?
Karena bahasa Melayu dianggap banyak penuturnya. Menurut ahli etnologi dan filologi, bahasa Melayu berasal dari Kepulauan Riau (Sumatera) telah mengalami proses perkembangan sedemikian rupa. Mula-mula bahasa ini hanya dipercakapkan terbatas oleh penuturnya di Riau dan sekitarnya. Secara kebetulan, karena kepulauan ini terletak di jalur perdagangan yang sangat ramai di selat Malaka; dan penduduknya sebagian besar bermatapencaharian sebagai nelayan atau pedagang antar pelabuhan; serta bahasanya mudah dipahami atau komunikatif; maka penutur bahasa Melayu sering berinteraksi dengan penutur bahasa yang lain (seperti bahasa Hindi, Malagasi, Tagalok, Jawa, dan lain-lainnya) sehingga menjadi dikenal dan berkembang di Malaka dan daerah-daerah sekitarnya. Akhirnya bahasa ini tidak hanya digunakan oleh para pedagang di sekitar perairan Malaka, tetapi juga di seluruh Nusantara. Pada Zaman Kerajaan majaphit, atau diperkirakan sebelum abad XV, bahasa Melayu itu telah menjadi lingua franca – bahasa dagang - bagi para saudagar di pelabuhan-pelabuhan di Asia, Asia Tenggara, dan Asia Timur.
3.      Berikan penjelasan perkembangan ejaan Bahasa Indonesia dari Ejaan van Ophuijsen sampai Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Berikan contoh untuk menguatkan penjelasan Anda
Ejaan van Ophuijsen
Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang pernah digunakan untuk bahasa Indonesia.
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda, antara lain:
·         huruf 'j' untuk menuliskan bunyi 'y', seperti pada kata raja, pajah, sajang.
·         huruf 'oe' untuk menuliskan bunyi 'u', seperti pada kata-kata boelan, goeroe, oentoek (kecuali diftong 'au' tetap ditulis 'au').
·         tanda diakritik, seperti koma ain, dan tanda trema, untuk menuliskan bunyi hamzah, seperti pada kata-kata ma'moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamaï.
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Kebanyakan catatan tertulis bahasa Melayu pada masa itu menggunakan huruf Arab yang dikenal sebagai tulisan Jawi.
Ejaan Soewandi
Ejaan Republik (edjaan Republik atau edjaan Soewandi) adalah ketentuan ejaan dalam bahasa Indonesia yang berlaku sejak 17 Maret 1947. Ejaan ini disebut juga dengan edjaan Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu.
Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan Van Ophuijsen yang mulai berlaku sejak tahun 1901.
Perbedaan antara ejaan ini dengan ejaan Van Ophuijsen:
  • Huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada oentoekuntuk.
  • Bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis dengan 'k', seperti pada kata-kata bak, pak, maklum, rakjat.
  • Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti kupu2, ber-nyanyi2, ke-hijau2-an.
  • Awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.
Ejaan Pembaharuan
Ejaan pembaharuan merupakan suatu yang direncanakan untuk memperbaharui Ejaan Republik.Di bentuk pada tanggal 19 juli 1956.Konsep Ejaan pembaharuan dikenal dengan ejaan Prijono-Katoppo,sebuah nama yang di ambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitia ejaan itu. Awalnya profesor Prijono yang mengetuai panitia itu, lalu menyerahkan kepemimpinannya kepada E.Katoppo karena masa itu Profesor Prijono di angkat menjadi Menteri Pendidikan,Pengajaran dan Kebudayaan sehingga tidak sempat lagi melanjutkan tugasnya sebagai ketua panitia ejaan kemudian dilanjutkan oleh E.Katoppo.
b. Hal-hal Apakah yang menarik dalam Ejaan Pembahuruan?
Konsep Ejaan Pembaharuan yang menarik ialah di sederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf huruf tunggal.Atau bersifat fonemis artinya setiap fonem dalam ejaan itu di usahakan hanya di lambangkan dengan satu huruf.
Tampak seperti contoh di bawah ini :
1. Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j
2. Gabungan konsonan tj di ubah menjadi ts
3. Gabungan konsonan ng di ubah menjadi ŋ
4. Gabungan konsonan nj di ubah menjadi ñ
5. Gabungan konsonan sj di ubah menjadi š
Gunakan vokal ai, au dan oi(di sebut diftong) di tulis berdasarkan pelafalannya yaitu ay, aw, dan oy.
Misal : satai → satay
Harimau → harimaw
Amboi → amboy
Serta huruf j, seperti pada kata jang di ubah menjadi y sesuai dengan ejaan Bahasa Indonesia.
Ejaan Melindo
Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia.Merupakan ejaan yang di susun atas kerja sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak Persekutuan Tanah Melayu (malaysia) di pimpin oleh Syed Nasir bin Ismail.Yang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-Bahasa Indonesia.Tahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo.
Awalnya Ejaan Melindo di maksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang di gunakan di kedua negara tersebut. Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan politik antara Indonesia dan malaysia, Ejaan itupun akhirnya gagal diresmikan.Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah di umumkan.
Dalam ejaan melindo tidak jauh beda dengan ejaan pembaharuan,karena ejaan itu sama-sama berusaha menyederhanakan ejaan dengan menggunakan sistem fonemis.
Hal yang berbeda ialah dalam ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta Di ganti dengan c menjadi cinta.Juga gabungan konsonan nj,seperti pada kata njonja di ganti dengan huruf nc yang sama sekali masih baru.
            Ejaan Baru (Ejaan LBK)
lanjutan dari rintisan panitia ejaan melindo.Pelaksananya pun terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga bahasa dan Kasusaatraan,sekarang bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) juga dari panitia Ejaan bahasa Melayu yang berhasil merumuskan ejaan yang disebut Ejaan Baru.Namun lebih di kenal dangan ejaan LBK. Konsep Ejaan ini di susun berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain:
1) Pertimbangan Teknis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar setiap fonem di lambangkan dengan satu huruf.
2) Pertimbangan Praktis yaitu pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan secara teknis itu di sesuaikan dengan keperluan praktis seperti ke adaan percetakan dan mesin tulis.
3) Pertimbangan Ilmiah yaitu Pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan itu mencerminkan studi yang mendalam mengenai kenyataan bahasa dan masyarakat pemakainya.

Perubahan yang terdapat dalam ejaan Baru
1) Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j
Misalnya :
remadja → remaja
djalan → jalan
2) Gabungan konsonan tj di ubah menjadi c.
Misalna :
tjakap → cakap
batja → baca
3) Gabungan konsonan nj di uban menjadi ny.
Misalnya :
Sunji → sunyi
Njala → nyala
4) Gabungan konsonan sj di ubah menjadi sy.
Misalnya :
Sjarat → syarat
Sjair → syair
5) Gabungan konsonan ch di ubah menjadi kh.
Misalnya :
Tachta → takhta
Ichlas → ikhlas
6) Huruf j di ubah menjadi y
Misalnya :
Padjak → pajak
Djatah → jatah
7) Huruf e taling dan e pepet penulisannya tidak dibedakan dan hanya di tulis dengan e/tanpa penanda.
Misalnya :
Ségar → segar
Copèt →copet
8) Huruf asing f, v, dan z di masukkan kedalam sistem ejaan bahasa Indonesia karena huruf huruf itu banyak di gunakan.
Misalnya :
Fasih
Vakum
Zaman
            Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan Yang disempurnakan (EYD) diresmikan oleh Presiden Republik indonesia Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1972.merupakan lanjutan dari ejaan baru atau ejaan LBK.
Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil penyempurnaan dari beberapa ejaan yang di susun sebelumnya,terutama ejaan republik yang di padukan pula dengan konsep konsep ejaan pembaharuan,ejaan melindo dan ejaan baru.
Hal-hal yag terdapat pada EYD
1.      Perubahan huruf
- Ejaan lama :
Dj → djika, wadjar
Tj →tjakap,pertjaja
Nj → njata,sunji
Ch → achir, chawatir
- EYD :
J → jika, wajar
C → cakap, percaya
Ny → nyata, sunyi
Kh → akhir, khawatir
2. Huruf f, v dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.
Misalnya :
Khilaf
Fisik
Zakat
Universitas
3. Huruf q dan x yang lazim di gunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap di gunakan , misalnya pada kata furqan dan xenon.
4. Penulisan di- sebagai awalan di bedakan dengan di yang merupakan kata depan. Sebagai awalan, di- di tulis serangkai dengan unsur yang menyertainya, sedangkan di sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.Misal :
Awalan →
di-
dicuci
dibelikan
dilatarbelakangi
Kata depan →
Di
Di kantor
Di belakang
Di tanah
5. Kata Ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya.angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan.
Misalnya :
Anak-anak, bukan anak2
Bersalam-salaman, bukan bersalam2an
Bermain-main, bukan bermain2
d. Hal hal apa sajakah yang di atur dalam EYD ?
Yang di atur dalam EYD yaitu :
a) Pemakaian huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
b) Penulisan kata
c) Penulisan tanda baca
d) Penulisan singkatan dan akronim
e) Prnulisan angka dan lambang bilangan
f) Penulisan unsur serapan

4.      Berikan penjelasan tentang Pedoman EYD beserta contoh-contohnya
Pedoman EYD
I.                   Pemakaian Huruf
Penggunaan huruf capital
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singka­tan nama gelar, pangkat dan sapaan..
Contoh penggunaan huruf capital pada gelar: Amalia Nurlita Hartati S.Kom

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akade­mik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:
Sultan Hasanuddin
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penun­juk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai da­lam penyapaan atau pengacuan.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama ins-tansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Soeharto
Perdana Menteri Nehru

 kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama ta­hun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.
Misalnya: tahun Hijriah

Huruf miring
Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tu­lisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Saya sudah membaca buku Surga Yang Tak Dirindukan  karangan Asma Nadia..

Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhu­suskan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
Huruf terakhir kata abad adalah d.

Huruf tebal

Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya:
dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia.

Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
            Misalnya: 1.1.1. Latar Belakang

II.                Penulisan Kata

Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: Rumah makan penuh sesak.

Kata Berimbuhan

Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya: berlubang

Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya: teman-teman.

Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: Di mana kamu?

Singkatan dan Akronim

Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pang­kat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya: Amalia N.H.

Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Uang itu sudah kukembalikan.
            Akan kulakukan apapun untuk bisa membahagiakannya.

Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.

III. Pemakaian Tanda Baca

 Titik (.)

1.      Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya: Amalia anak yang penurut.
.2.  Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.

Tanda Koma (,)

1.                  Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Contoh: 1000,00.

2.                  Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).

3.                  Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: Jika kamu pekerja keras, maka akan sukses.

4.                  Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

5.                  Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) ba­gian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Tanda Titik Dua (:)

1.                  Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan leng­kap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.

2.                  Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari

3.                  Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Khuratul Ain
Sekretaris : Yuni Istianah
Bendahara : Amalia Nurlita

Tanda Hubung (-)

1.      Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.
2.      Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.
Misalnya: teman-teman

Tanda Tanya (?)

Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan aku pergi dari dunia ini?

Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menya­takan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.

Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyata­an yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan ke­sungguhan, ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Misalnya: yang kamu lakukan ke saya itu jahat!

Tanda Petik (“…”)

1.      Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya: Merdeka atau mati!seru Bung Karno.

2.      Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, ter­jemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Misalnya:
tergugat     yang digugat

Tanda Kurung ((…))

Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterang-an atau penjelasan.
Misalnya:
Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).


Tanda Garis Miring (/)

Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi da­lam dua tahun takwim.
Misalnya:
Nomor: 7/PK/II/2013
Jalan Kramat III/10
tahun ajaran 2012/2013

Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya : Dia ‘kan kuajak (‘kan= akan)

Tugas Bahasa Indonesia 1

Posted by : Unknown 0 Comments

- Copyright © Welcome to Amalia's Blog - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -